Durhaka Hingga Bisulan, Amangkurat I Batal Menyerang Banten

 

Tahukah kamu bahwa Amangkurat I pernah membatalkan ekspedisi ke Banten karena bisulan?

    Setelah kekalahan Cirebon, Amangkurat I sempat merencanakan sebuah ekspedisi ke Banten. Ekspedisi ini hendak dilakukan pada tahun 1952 dengan paman Amangkurat I, Pangeran Purbaya, sebagai pimpinan penyerangan.

    Seketika, para pemuka agama memberi tahu wasiat ayahnya yaitu Sultan Agung untuk mengarahkan senjata Mataram Islam ke timur (Blambangan) dahulu baru ke barat (Banten), jika tidak Mataram Islam tidak mendapatkan berkah. Namun wasiat ayahnya tidak dihiraukan Amangkurat I dan ia malah menyuruh ahli senjata untuk membuat 800 senapan dan Meriam dalam satu trowulan yang akan diuji coba di alun-alun.

    Menurut sejarawan Anthony Reid dalam bukunya yang berjudul Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 jilid 2, meriam menjadi simbol supernatural para raja yang digunakan untuk menggertak dan menakuti musuh-musuhnya sama seperti halnya gajah. Di Asia, meriam digunakan para penguasa untuk menakut-nakuti penduduknya.

    Di dua kerajaan mesiu terbesar, Aceh dan Mataram, meriam digunakan sebagai penggganti gong untuk memberi pengumuman ke penduduk umum. Sapu jagad yang merupakan meriam yang paling besar dan keramat, selain digunakan untuk mengumpulkan penduduk, juga digunakan untuk menunjukkan amarah Sultan apabila ingin mengusir bangsawan kerajaan dan juga digunakan untuk perkabungan. Sapu jagad ini dibuat pada tahun 1925 oleh Sultan Agung pada masa puncaknya.

    Amangkurat I ingin mencoba hal yang sama pada tahun 1952. Namun nahasnya ketika ia menyuruh untuk meriam kebanggaannya dinyalakan dengan diisi peluru dua kali lebih banyak, meriam itu malah meledak berkeping-keping. Kepingan terbesarpun jatuh tepat hamper melukai Amangkurat I.

    Amangkurat I ketakutan dan menganggap pertanda buruk. Sunan menyuruh agar pembuat meriam tersebut ditangkap dan alun-alun tersebut dikutuknya dan menembok gerbang alun-alun tersebut secara permanen. Pada malam harinya, ia mendapatkan mimpi buruk dan beberapa hari kemudian badan Amangkurat I membengkak. De Graaf mengatakan, bahwa tubuh Amangkurat I penuh dengan bisul bernanah.

    Kejadian-kejadian tersebut membuat Amangkurat I mengurung niatnya untuk melakukan ekspedisi ke Banten. Amangkurat I menjadi lebih religius dan meminta para pemuka agama agar mendoakannya dan ia bersumpah akan melancarkan serangan ke timur dan menjalin hubungan baik dengan Banten. Para pemuka agamapun bersedia mendoakan dan menyebumbuhkan Amangkurat I. Namun menurut De Graff, sejak Mataram dan Banten menjalankan hubungan baik, tidak ada kabar bahwa akan adanya ekpedisi terhadap Blambangan.

Penulis: Athalla Ananda


Komentar

  1. Atikelnya bagus, semoga yang buat wataknya tidak sama seperi si Amangkurat I ini

    BalasHapus

Posting Komentar